Baca Juga
Di antara aqidah yang dsepakati oleh ahlus sunnah adalah menetapkan
adanya adzab dan nikmat kubur [1]. Adanya adzab kubur bagi orang-orang
yang berhak mendapatkannya adalah di antara pokok keimanan yang harus
kita yakini. Termasuk di antara rahmat dan kasih sayang Allah Ta’ala
kepada hamba-Nya adalah Allah Ta’ala tidak menampakkan adzab kubur
tersebut sehingga dapat didengar atau dilihat manusia yang masih hidup
di dunia ini. Para ulama rahimahumullah telah membahas hikmah tidak
dinampakkannya adzab kubur ini di dalam kitab-kitab mereka, khususnya
yang membahas tentang aqidah.
Di antara hikmah hal ini adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh para
ulama berikut ini:
Pertama, hal ini untuk menutupi aib si mayit dan juga keluarga si mayit.
Jika semasa hidupnya si mayit tersebut memiliki kedudukan atau secara
lahiriyah (yang tampak) adalah orang shalih, namun ternyata manusia
mengetahui bahwa dia diadzab dalam kuburnya, tentu ini akan membuka aib
si mayit tersebut di dunia. Demikian juga keluarga si mayit akan
dipermalukan dan dihinakan di hadapan masyarakat karena ternyata salah
satu anggota keluarganya diadzab di dalam kuburnya [2].
Ke dua, jika adzab kubur tersebut dinampakkan, maka tidak ada yang
berani untuk memakamkan saudaranya yang meninggal dunia. Hal ini
sebagaimana sabda Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Seandainya kalau bukan karena kalian saling memakamkan, maka aku ingin
berdoa kepada Allah untuk memperdengarkan kepada kalian adzab kubur yang
aku dengar.” [3]
Abu Abdillah Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan,”Para ulama kita
menjelaskan bahwa sesungguhnya jin dan manusia tidak mendengar adzab
kubur adalah (karena) sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,’Seandainya kalau bukan karena kalian saling memakamkan’ (al-
hadits). Allah Ta’ala menyembunyikan (adzab kubur) dari kita -sehingga
kita bisa saling memakamkan- adalah karena hikmah dan kelembutan-Nya.
Hal ini disebabkan rasa takut yang meliputi manusia jika mendengarnya,
sehingga mereka tidak akan berani untuk mendekat ke pemakaman untuk
menguburkan (orang yang meninggal dunia). Manusia bisa jadi binasa jika
mendengarnya, karena mereka tidak memiliki kekuatan untuk mendengar
adzab Allah di alam dunia ini, karena lemahnya kekuatan mereka.” [4]
Ke tiga, sebagai ujian keimanan bagi manusia untuk beriman terhadap hal
yang ghaib. [5]Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
“Jika Allah menghendaki untuk menampakkan adzab kubur kepada sebagian
manusia (seperti kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, pen.) tentu Allah nampakkan dan Allah sembunyikan dari hamba-
hambaNya yang lain. Akan tetapi, jika Allah tampakkan kepada seluruh
manusia, maka hilanglah beban syariat (taklif) dan (hilang pula
kewajiban untuk) beriman kepada perkara yang ghaib. Demikian pula,
manusia tidak akan berani memakamkan sebagaimana yang terdapat dalam
Shahihain [6] dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (bersabda),
‘Seandainya kalau bukan karena kalian saling memakamkan, maka aku ingin
berdoa kepada Allah untuk memperdengarkan kepada kalian adzab kubur yang
aku dengar.’ Oleh karena itu, ketika hikmah seperti ini tidak terdapat
dalam diri binatang ternak, maka binatang ternak pun mendengar adzab
kubur dan mengetahuinya. Sebagaimana bagal (peranakan kuda dengan
keledai, pen.) milik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berjalan
miring dan hampir-hampir melemparkan barang-barang bawaannya ketika
melewati orang yang sedang diadzab di kuburnya.” [7]
Demikianlah sedikit penjelasan tentang hikmah Allah Ta’ala yang tidak
menampakkan adzab kubur bagi orang yang masih hidup. Semoga Allah Ta’ala
melindungi kita dari adzab kubur.
Mudah-mudahan renungan ini bermanfaat dan mengingatkan kita semua.
Sumber: Line account @muslimterbaik
Post a Comment