Baca Juga
Setiap hari kita hampir selalu menggunakan kendaraan,.motor, mobil atau sepeda. Nah,..berikut ini saya ingin mengingatkan kembali sunnah-sunnah yang selayaknya kita amalkan saat menaiki kendaraan ..semoga bermanfaat yah…
1. Niat yang baik
Hendaknya seorang muslim meniatkan berkendaraan atau memakai alat transportasi untuk mencapai tujuan, diantaranya menyambung tali silaturrahim, mencari nafkah, ziarah karena Allah dan sebagainya. Selain itu, hendaknya kita berniat akan berlaku baik terhadap kendaraan yang kita naiki sesuai dengan syari’at Allah Ta’ala.
2. Mengakui ni’mat Allah Ta’ala.
Hendaknya kita mengakui dan meyakini bahwa kita memiliki dan menaiki kendaraan itu karena limpahan ni’mat dari Allah ta’ala. Bukankah dengan berkendaraan kita dapat menghemat banyak waktu dan tenaga, meringankan beban, dan menyampaikan kita kepada tujuan?Kalaulah bukan karena ni’mat Allah, niscaya kita tidak akan mendapatkan kemudahan dalam berkendaraan. Selayaknya kita mengingat firman Allah Ta’ala:
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ (٧١)وَذَلَّلْنَاهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ (٧٢)وَلَهُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُ أَفَلا يَشْكُرُونَ (٧٣)
Dan Apakah mereka tidak melihat bahwa Sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka Yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; Maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan. dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan minuman. Maka Mengapakah mereka tidak bersyukur?(QS.Yaasin:71-73)
3. Persiapkan dengan baik alat transportasi yang digunakan.
4. Do’a berkendaraan
Hendaknya kita berdo’a kepada Allah ta’ala dengan dzikir yang shahih dari Nabi shalallahu’alaihi wasallam ketika naik kendaraan. Pada saat naik kendaraan, hendaknya kita membaca بِسْمِاللهِ, kemudian setelah kendaraan melaju, hendaknya kita membaca:
الْحَمْدُ لِلَّهِ {سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ} الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.
segala puji bagi Allah, Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesung-guhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari Kiamat). Segala puji bagi Allah (3x), Maha Suci Engkau, ya Allah! Sesungguhnya aku menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesung-guhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.( HR. Abu Dawud 3/34, At-Tirmidzi 5/501, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/156.)
Maka dari itu, tidak selayaknya kita melalaikan membaca dzikir ini, ketika naik kendaraan.
5. Tidak membebani kendaraan dengan beban yang melebihi kapasitasnya, apalagi jika kendaraannya berupa hewan tunggangan.
6. Dzikir Safar
Ketika kita melakukan safar, setelah kendaraan melaju, hendaklah kita membaca do’a yang diajarkan oleh Nabi Shalallahu’alaihi wa sallam, yaitu:
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِي اْلأَهْلِ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَاْلأَهْلِ
Ya Allah! Sesungguh-nya kami memohon kebaikan dan taqwa dalam bepergian ini, kami mohon per-buatan yang meridhakanMu. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkan jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkau-lah teman dalam bepergian dan yang mengurusi keluarga(ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan perubahan yang jelek dalam harta dan keluarga(HR. Muslim No.1342 dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuma)
7. Senantiasa memperhatikan rambu-rambu keselamatan.
Menjaga keselmatan diri dan orang lain ketika berkendaraan, ini sesuai dengan ruh islam yang sangat menjaga agama seorang muslim, akal, badan, harta, kehormatan dan anaknya.
8. Memberi hak kendaraan untuk beristirahat.
9. Dzikir ketika melewati jalan mendaki dan menurun.
قال جابر رضي الله عنه: كُنَّا إِذَا صَعَدْنَا كَبَّرْنَا، وَإِذَا نَزَلْنَا سَبَّحْنَا.
Dari Jabir radhiallahu’anhu, dia berkata: “Kami apabila berjalan naik, membaca takbir, dan apabila kami turun, membaca tasbih.( HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 6/135.)
10. Pemilik kendaraan lebih berhak duduk di depan.
Ketika Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam sedang berjalan, datanglah seseorang mengendarai keledai. Orang itu berkata,’Wahai Rasulullan, naiklah.’Ia pun mundur ke belakang. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,:”Tidak, engkau lebih berhak berada di depan daripada aku, kecuali engkau mempersilakkan untukku.” Orang itu berkata,’Aku telah mempersilakanmu.’Maka beliaupun naik. (HR. Abu Dawud (2572), at-Tirmidzi (2773) dan ia menghasannkannya dari Buaraidah).
Inilah yang Allah mudahkan bagiku dari adab-adab berkendaraan. Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.
Sumber: https://moslemkalijati.wordpress.com/2012/08/19/adab-adab-ketika-berkendaraan/
1. Niat yang baik
Hendaknya seorang muslim meniatkan berkendaraan atau memakai alat transportasi untuk mencapai tujuan, diantaranya menyambung tali silaturrahim, mencari nafkah, ziarah karena Allah dan sebagainya. Selain itu, hendaknya kita berniat akan berlaku baik terhadap kendaraan yang kita naiki sesuai dengan syari’at Allah Ta’ala.
2. Mengakui ni’mat Allah Ta’ala.
Hendaknya kita mengakui dan meyakini bahwa kita memiliki dan menaiki kendaraan itu karena limpahan ni’mat dari Allah ta’ala. Bukankah dengan berkendaraan kita dapat menghemat banyak waktu dan tenaga, meringankan beban, dan menyampaikan kita kepada tujuan?Kalaulah bukan karena ni’mat Allah, niscaya kita tidak akan mendapatkan kemudahan dalam berkendaraan. Selayaknya kita mengingat firman Allah Ta’ala:
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ (٧١)وَذَلَّلْنَاهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ (٧٢)وَلَهُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُ أَفَلا يَشْكُرُونَ (٧٣)
Dan Apakah mereka tidak melihat bahwa Sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka Yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; Maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan. dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan minuman. Maka Mengapakah mereka tidak bersyukur?(QS.Yaasin:71-73)
3. Persiapkan dengan baik alat transportasi yang digunakan.
4. Do’a berkendaraan
Hendaknya kita berdo’a kepada Allah ta’ala dengan dzikir yang shahih dari Nabi shalallahu’alaihi wasallam ketika naik kendaraan. Pada saat naik kendaraan, hendaknya kita membaca بِسْمِاللهِ, kemudian setelah kendaraan melaju, hendaknya kita membaca:
الْحَمْدُ لِلَّهِ {سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ} الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.
segala puji bagi Allah, Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesung-guhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari Kiamat). Segala puji bagi Allah (3x), Maha Suci Engkau, ya Allah! Sesungguhnya aku menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesung-guhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.( HR. Abu Dawud 3/34, At-Tirmidzi 5/501, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/156.)
Maka dari itu, tidak selayaknya kita melalaikan membaca dzikir ini, ketika naik kendaraan.
5. Tidak membebani kendaraan dengan beban yang melebihi kapasitasnya, apalagi jika kendaraannya berupa hewan tunggangan.
6. Dzikir Safar
Ketika kita melakukan safar, setelah kendaraan melaju, hendaklah kita membaca do’a yang diajarkan oleh Nabi Shalallahu’alaihi wa sallam, yaitu:
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِي اْلأَهْلِ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَاْلأَهْلِ
Ya Allah! Sesungguh-nya kami memohon kebaikan dan taqwa dalam bepergian ini, kami mohon per-buatan yang meridhakanMu. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkan jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkau-lah teman dalam bepergian dan yang mengurusi keluarga(ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan perubahan yang jelek dalam harta dan keluarga(HR. Muslim No.1342 dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuma)
7. Senantiasa memperhatikan rambu-rambu keselamatan.
Menjaga keselmatan diri dan orang lain ketika berkendaraan, ini sesuai dengan ruh islam yang sangat menjaga agama seorang muslim, akal, badan, harta, kehormatan dan anaknya.
8. Memberi hak kendaraan untuk beristirahat.
9. Dzikir ketika melewati jalan mendaki dan menurun.
قال جابر رضي الله عنه: كُنَّا إِذَا صَعَدْنَا كَبَّرْنَا، وَإِذَا نَزَلْنَا سَبَّحْنَا.
Dari Jabir radhiallahu’anhu, dia berkata: “Kami apabila berjalan naik, membaca takbir, dan apabila kami turun, membaca tasbih.( HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 6/135.)
10. Pemilik kendaraan lebih berhak duduk di depan.
Ketika Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam sedang berjalan, datanglah seseorang mengendarai keledai. Orang itu berkata,’Wahai Rasulullan, naiklah.’Ia pun mundur ke belakang. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,:”Tidak, engkau lebih berhak berada di depan daripada aku, kecuali engkau mempersilakkan untukku.” Orang itu berkata,’Aku telah mempersilakanmu.’Maka beliaupun naik. (HR. Abu Dawud (2572), at-Tirmidzi (2773) dan ia menghasannkannya dari Buaraidah).
Inilah yang Allah mudahkan bagiku dari adab-adab berkendaraan. Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.
Sumber: https://moslemkalijati.wordpress.com/2012/08/19/adab-adab-ketika-berkendaraan/
Post a Comment